Lifestyle

Tradisi-tradisi di Indonesia untuk Menjaga Bumi

22 April 2024 | 00:00 WIB
Tradisi-tradisi di Indonesia untuk Menjaga Bumi

FTNews - Hari Bumi atau Earth Day jatuh pada tanggal 22 April setiap tahunnya. Hari perayaan ini menjadi ajang bagi penduduk Bumi untuk menunjukan kepedulian mereka terhadap lingkungan.

rb-1

Berbagai macam cara orang-orang mengekspresikan kepedulian tersebut. Mulai dari penanaman pohon, kerja bakti, pengolahan sampah, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, untuk merayakan Hari Bumi, tidak hanya dengan melakukan kegiatan tersebut. Di Indonesia, banyak tradisi-tradisi di berbagai daerah yang menunjukan kecintaan mereka kepada Bumi.

Baca Juga: Pramono Anung Punya Tanda Kehormatan Prestisius, Apa Jasanya?

rb-3

Berikut adalah tradisi-tradisi di Indonesia yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam.

Festival Jatiluwih

Festival Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Bali. Foto: Desa Jatiluwih

Baca Juga: Ahli Uji Coba Transplantasi Jantung dan Ginjal Babi ke Tubuh Manusia

Desa Jatiwulih adalah salah satu desa yang sangat terkenal di Bali. Banyak masyarakat yang mengenal desa ini karena keindahan Subak Jatiwulih, yang termasuk ke dalam warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2012.

Namun, Desa Jatiwulih tidak hanya terkenal dari subaknya saja, tetapi juga Festival Jatiwulih.

Festival ini merupakan sebuah festival kebudayaan dan kesenian tradisional. Dalam festival ini, mereka menyajikan seni pertunjukan, musi, rupa, hingga produk-produk kreatif lainnya.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, tradisi ini sebagai bentuk ucapan syukur atas ketersediaan pangan di Bumi.

Paca Goya

Tradisi Paca Goya di Kampung Kalaodi, Tidore, Maluku Utara. Foto: Kemendikbud

Sebuah kampung di Tidore, Maluku Utara, memiliki tradisi yang dapat menarik perhatian orang-orang. Pasalnya, terdapat sebuah tradisi yang bernama Paca Goya di Kampung Kalaodi.

Dalam bahasa Tidore, Paca Goya sendiri memiliki arti sebagai tempat membersihkan keramat. Tradisi yang sudah turun-temurun ini untuk menunjukan bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen mereka yang indah.

Tidak hanya sekedar syukuran, namun Paca Goya juga sebagai pengingat masyarakat Kalaodi untuk tidak merusak ataupun mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan.

Bahkan, masyarakat memegang sumpah sebagai bentuk komitmennya. Sumpah tersebut bernama Sumpah Bobeto, yang artinya “siapa merusak alam, akan dirusak alam”.

Buka Egek

Buka Egek dari Suku Moi, Papua. Foto: Antara

Di Indonesia bagian timur, terdapat sebuah tradisi menjaga Bumi dari Suku Moi asal Papua yang bernama tradisi Buka Egek.

Tujuan dari tradisi ini untuk menjaga alam dengan cara mengambil hanya secukupnya aja. Selain itu, juga untuk tidak mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan.

Menurut tradisi Buka Egek, terdapat beberapa sumber daya alam yang tidak boleh dieksploitasi oleh siapa pun dalam rentang waktu tertentu. Biasanya, rentang waktu tersebut selama 6-12 bulan.

Larangan ini bertujuan agar sumber daya alam memiliki kesempatan untuk berkembang dan terjaga dengan baik.

Mantari Bondar

Jansen Pasaribu, Ketua Mantari Bondar dari Desa Hatabosi, Sumatera Utara. Foto: lensakini.com

Kali ini, ada sebuah tradisi menjaga kelestarian Bumi dari Sumatera Utara. Tradisi tersebut berasal dari Desa Hatabosi, singkatan dari empat nama desa, yaitu Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok, dan Siranap.

Tradisi ini bernama Mantari Bondar, yang merupakan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam tradisi ini, masyarakat Desa Hatabosi, dengan kearifan lokal mereka, menjaga hutan dan sumber airnya.

Melalui rapat adat masyarakat setempat, mereka memilih Penjago Bondar yang kerap menjadi penjaga saluran air dan hutan.

Ruwat Laut

Desa Pulau Pahawang, Lampung. Foto: Wonderful Indonesia

Sebuah desa pesisir asal Lampung memiliki tradisi sebagai bentuk komitmen mereka dalam menjaga Bumi. 

Dari Desa Pulau Pahawang, mereka memiliki sebuah tradisi bernama Ruwat Laut untuk berterima kasih kepada Tuhan atas berkah dari laut. Selain itu, tradisi ini juga sebagai permohonan perlindungan dari Tuhan.

Sebenarnya, tradisi ini merupakan tradisi khas masyarakat pesisir di Pulau Jawa, yang kemudian menyebar hingga ke Sumatera.

Mereka mengawali tradisi ini dengan berdoa, yang dipimpin oleh pemuka agama. Setelah itu, mereka akan melakukan pelepasan kepala kerbau.

Kepala kerbau tersebut mereka sembelih dengan tata cara keagamaan. Lalu, mereka akan letakan kepala tersebut di atas perahu yang telah mereka rias.

Tag Lifestyle Sosial Budaya Menjaga Bumi Tradisi-tradisi di Indonesia