Duka dan Amarah Publik Affan Tewas Dilindas Rantis Brimob Kode 1312 Viral

Affan Kurniawan, pemuda 21 tahun yang bekerja sebagai pengemudi ojek online, meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) milik Brimob yang melaju kencang.

Peristiwa tragis ini memicu gelombang duka sekaligus amarah publik. Kehilangan seorang anak muda yang sedang berjuang mencari nafkah bukan hanya dirasakan keluarganya, melainkan juga menjadi simbol ketidakadilan yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Baca Juga: Air Mata dan Pelukan Haru: Willie Salim Menemani Keluarga Affan Kurniawan di Tengah Tragedi Ojol

Salah satu bentuk protes warganet terlihat dari maraknya penggunaan kode “1312”.

Kode 1312 dan Akar Sejarahnya

Di balik angka “1312” terdapat makna simbolik yang lahir dari akronim bahasa Inggris ACAB atau All Cops Are Bastards. Angka tersebut merujuk pada urutan alfabet (A=1, C=3, A=1, B=2).

Baca Juga: Ricuh Demo di Gedung DPR, Driver Ojol Affan Kurniawan Meninggal Diduga Dilindas Kendaraan Rantis Brimob

Slogan ini memiliki sejarah panjang dalam perlawanan terhadap otoritas kepolisian. Jejaknya dapat ditelusuri sejak 1920-an di Inggris, lalu dipakai oleh para buruh yang melakukan pemogokan pada 1940-an.

Popularitasnya kian meluas pada era 1970–1980-an lewat grafiti, tato penjara, hingga musik punk. Kini, simbol ini kembali mencuat dalam berbagai aksi protes di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kronologi Insiden yang Merenggut Nyawa

Fakta yang memperdalam luka masyarakat adalah kenyataan bahwa Affan bukanlah peserta aksi demonstrasi. Ia hanya sedang mengantarkan pesanan pelanggan saat insiden terjadi.

Rekaman yang beredar menunjukkan rantis Brimob melaju kencang tanpa mengurangi kecepatan, meski jelas ada Affan di jalur tersebut. Tabrakan keras pun tak terhindarkan, dan kendaraan disebut langsung meninggalkan lokasi setelah kejadian.

Affan sempat dilarikan ke RSCM, namun nyawanya tidak tertolong.

Solidaritas Ojol dan Luka Kolektif

Keesokan harinya, ribuan rekan sesama pengemudi ojek online mengiringi jenazah Affan ke TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Kehadiran mereka bukan hanya bentuk penghormatan terakhir, tetapi juga simbol solidaritas dan kebersamaan.

Bagi banyak orang, tragedi ini bukan sekadar duka personal, melainkan luka kolektif yang mencerminkan keresahan publik terhadap ketidakadilan.