Greenpeace Soroti Ancaman Tambang Nikel di Raja Ampat, Susi Pudjiastuti Minta Presiden Bertindak
Nasional

Raja Ampat dikenal sebagai salah satu kawasan wisata bahari terbaik di dunia. Terletak di Papua Barat Daya, wilayah ini terdiri dari lebih dari 1.500 pulau kecil, atol, dan laguna yang mengelilingi empat pulau utama: Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.
Kekayaan bawah laut Raja Ampat sangat luar biasa, menjadikannya pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kawasan ini menjadi rumah bagi lebih dari 500 spesies karang dan 1.300 spesies ikan. Air lautnya yang jernih, gugusan pulau karst yang menakjubkan, serta budaya lokal yang masih lestari, menjadikan Raja Ampat sebagai surga bagi para penyelam dan pecinta alam.
Namun, di balik popularitasnya sebagai destinasi ekowisata, Raja Ampat kini menghadapi ancaman serius.
Baca Juga: Dua Pejabat ESDM jadi Tersangka Dugaan Korupsi Tambang Nikel
Sorotan Greenpeace dan Reaksi Tokoh Publik
Pada Minggu (1/6), Greenpeace Indonesia mengunggah sebuah video pendek berdurasi 55 detik melalui akun resmi mereka di platform X (sebelumnya Twitter). Video tersebut memperlihatkan keindahan Raja Ampat, disertai pesan yang menyuarakan kekhawatiran terhadap ancaman tambang nikel di kawasan tersebut.
“Surga terakhir Indonesia yang bernama Raja Ampat itu kini berada dalam ancaman keserakahan industri nikel dan hilirisasinya yang digadang-gadang pemerintah. Raja Ampat: Wisata Ikonis atau Galeri Tambang Nikel?”
Baca Juga: Profil Lengkap Fadli Zon dan Polemik Pernyataannya tentang Kerusuhan Mei 1998
Unggahan tersebut memicu gelombang respons dari publik, termasuk dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Ia membubuhkan ikon menangis sebagai bentuk keprihatinan terhadap potensi perusakan lingkungan di kawasan konservasi tersebut. Tak lama kemudian, Susi turut merespons unggahan Aida Greenbury, aktivis lingkungan internasional, yang juga menyuarakan kekhawatiran serupa.
“Pak Presiden Prabowo, mohon segera dihentikan,” tulis Susi dalam balasan unggahan Aida.
Kekhawatiran akan Hilangnya Ekosistem dan Budaya
Ancaman terhadap Raja Ampat bukan sekadar tentang ekosistem laut. Pertambangan dalam skala besar di kawasan ini berisiko merusak hutan bakau, merusak wilayah pesisir, dan mengganggu kehidupan masyarakat adat yang selama ini hidup berdampingan dengan alam.
Alih-alih menjadi model ekowisata berkelanjutan, Raja Ampat dikhawatirkan akan berubah menjadi kawasan industri tambang yang mengabaikan keseimbangan lingkungan dan budaya lokal.
Seruan dari masyarakat sipil, aktivis lingkungan, dan tokoh publik kini menguat, menuntut pemerintah pusat untuk mengevaluasi kembali arah kebijakan hilirisasi nikel, terutama bila harus mengorbankan kawasan konservasi bernilai tinggi seperti Raja Ampat.