Jemaah Calon Haji Kesulitan Adaptasi hingga Alami Gangguan Jiwa di Tanah Suci, Ini Kata Dokter
Nasional

Kloter pertama jemaah calon haji asal Indonesia telah tiba di Tanah Suci. Walau sudah beberapa hari di Arab Saudi, namun banyak jemaah yang mengalami kesulitan adaptasi cuaca dan kondisi di sana.
Kesulitan adaptasi ini berdampak pada kesehatan fisik dan psikis para jemaah. Selain penyakit fisik seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, juga ditemukan gejala stres akut dan gangguan jiwa pada jemaah.
Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah mencatat banyaknya kasus gangguan kesehatan yang dialami jemaah gelombang pertama sejak kedatangan mereka awal Mei 2025.
Baca Juga: Komisi VIII Minta "Haji Ramah Lansia" Jangan Cuma jadi Slogan
"Banyak jemaah mengalami kesulitan beradaptasi. Ini bisa terlihat dari gangguan tidur, kecemasan berlebihan, hingga keluhan fisik yang tidak bisa dijelaskan secara medis," kata dr Kusufia Mirantri, Sp.KJ, dokter spesialis kejiwaan di KKHI Madinah dalam keterangan resminya, Selasa (13/5/2025).
Faktor utama penyebab gangguan psikologis adalah tekanan fisik, perubahan lingkungan yang drastis, serta kelelahan. Gejala yang dialami antara lain gangguan tidur seperti sering terbangun malam, merasa lelah meski sudah tidur, hingga perubahan perilaku yang drastis.
Jemaah yang biasanya ceria bisa menjadi mudah tersinggung atau menarik diri dari lingkungan. Beberapa jemaah takut keluar kamar, panik di keramaian, dan enggan ke masjid meski telah diajak oleh rekan karena kecemasan berlebihan. Bahkan, perubahan mood seperti mudah marah, sedih, hingga menangis tanpa sebab juga mulai banyak dijumpai.
Baca Juga: Bukan Furoda, Tya Ariestya dan Suami Pergi Haji Jalur ONH Plus
Saat ini, tercatat satu kasus gangguan jiwa serius yang menimpa seorang jamaah haji asal Makassar. Jamaah tersebut telah mendapat penanganan khusus dari tim medis KKHI.
Pihak KKHI menegaskan pentingnya dukungan sosial dari sesama jamaah untuk membantu proses adaptasi dan mencegah gangguan psikis berkembang lebih parah. Upaya pencegahan ini dinilai sangat penting, mengingat tekanan ibadah haji tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional.
"Cukup dekati dengan empati, bantu mereka beradaptasi, dan segera laporkan ke petugas kesehatan haji atau ketua rombongan," pesan Kusufia.