Sebelum Serang Iran, Israel Cabut 52 Nyawa di Gaza Pakai Drone
Politik

Sebelum Israel melakukan serangan udara ke Iran hingga menewaskan Panglima Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami pada Jumat (13/6/2025) dini hari, sedikitnya 52 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Kamis pagi (waktu setempat), menurut laporan sumber medis kepada Al Jazeera.
Serangan brutal ini terjadi di tengah seruan Majelis Umum PBB untuk menghentikan kekerasan dan memberlakukan gencatan senjata permanen tanpa syarat.
Tragedi paling memilukan terjadi saat 26 orang kehilangan nyawa akibat serangan drone Israel yang menghantam lokasi pembagian bantuan makanan dan kebutuhan dasar dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—organisasi yang kontroversial karena didukung oleh AS dan Israel.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Bom Iran Lagi, Muncul Ketegangan Baru?
Pejabat Pertahanan Sipil Gaza, Mohammed el-Mougher, menyebut Rumah Sakit al-Awda dibanjiri jenazah dan korban luka.
“Sedikitnya 10 korban tewas dan 200 lainnya terluka saat drone menjatuhkan bom di tengah kerumunan warga sipil di dekat pos bantuan Netzarim,” jelasnya kepada AFP.
Korban lain juga dilarikan ke Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza setelah serangan mematikan di area distribusi bantuan di wilayah Netzarim dan kawasan pesisir as-Sudaniya.
Baca Juga: Siapa Avner Netanyahu? Putra PM Israel Tunda Pernikahan Usai Negaranya Diserang Iran
‘Hunger Games’ yang Nyata di Gaza
Yaqeen Hammad, berusia 11 tahun, seorang influencer media sosial yang populer asal Gaza tewas dalam serangan udara Israel. (Instagram)
Sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei, distribusi bantuan di Gaza justru berubah menjadi jebakan mematikan. Puluhan warga sipil telah menjadi korban, hanya karena ingin mendapatkan makanan.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengecam keras metode distribusi GHF. Ia menyebutnya sebagai “model gagal” yang hanya memperparah kelaparan.
“Ini bukan solusi. Ini distopia nyata seperti Hunger Games. Biarkan lembaga kemanusiaan bekerja dengan aman dan bermartabat,” tegasnya dalam unggahan di media sosial.
Di tempat lain, dua warga Palestina juga tewas dalam serangan Israel yang menargetkan wilayah Bir an-Naaja, dekat kamp pengungsi Jabalia, di Gaza utara.
Gaza Gelap
Yaqeen Hammad, berusia 11 tahun, seorang influencer media sosial yang populer asal Gaza tewas dalam serangan udara Israel. (Instagram)
Situasi kian memburuk setelah Israel memutus jaringan komunikasi di Gaza. Hamas menyebut langkah ini sebagai “agresi tambahan” dalam “perang pemusnahan” yang dilancarkan Israel terhadap rakyat Palestina.
Wakil juru bicara PBB, Farhan Haq, mengonfirmasi bahwa pemadaman internet total terjadi di Gaza. “Semua jalur koordinasi kemanusiaan dan informasi penting untuk warga sipil telah terputus,” ujarnya.
Akibatnya, UNRWA kehilangan kontak dengan para stafnya di lapangan, menghambat pengiriman bantuan di tengah darurat kemanusiaan yang semakin parah.
Dunia Tutut Hentikan Perang
Dalam momen krusial ini, Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara mengesahkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera, permanen, dan tanpa syarat di Gaza.
Resolusi itu didukung mayoritas besar negara anggota, termasuk kejutan dari Jerman, Austria, dan Ukraina yang sebelumnya memilih abstain.
Meski tidak mengikat secara hukum, keputusan ini memberi tekanan moral dan politik yang kuat kepada Israel. “Resolusi ini menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum humaniter, dan mendesak semua negara bertindak nyata,” kata koresponden Al Jazeera, Gabriel Elizondo.
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyerukan dunia untuk memastikan resolusi itu dijalankan. “Kami ingin dunia benar-benar bertindak, bukan hanya berdoa. Terima kasih kepada semua negara yang memilih mendukung hak hidup kami,” ucapnya penuh haru.
Sumber: Aljazeera