Turki Kecam Tindakan Israel Cegat Kapal Bantuan ke Gaza: Langgar Hukum Internasional
Nasional

Pemerintah Turki secara terbuka menyatakan kemarahan terhadap Israel atas tindakan militer yang mencegat sebuah kapal bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza pada Senin (9/6/2025).
Kapal tersebut diketahui membawa 12 aktivis internasional, termasuk Greta Thunberg, aktivis muda asal Swedia yang dikenal dunia karena gerakan lingkungan hidupnya.
Kapal yang dinamai Madleen dan mengibarkan bendera Inggris itu dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), kelompok pro-Palestina yang telah lama aktif mengorganisir pengiriman bantuan ke wilayah yang diblokade Israel.
Kapal Madleen: Simbol Perlawanan Kemanusiaan
Berangkat dari pelabuhan di Italia pada 1 Juni 2025, Madleen membawa bantuan simbolis sebagai bentuk protes atas situasi kemanusiaan yang memburuk di Gaza.
Para aktivis berharap misi ini mampu menggugah dunia tentang kondisi yang digambarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai “daerah paling kelaparan di Bumi”.
“Intervensi oleh pasukan Israel terhadap kapal Madleen... saat berlayar di perairan internasional merupakan pelanggaran hukum internasional yang jelas,” ungkap Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan resminya, seperti dikutip dari AFP, Senin (9/6/2025).
Ankara: Israel Bertindak sebagai Negara Teror
Bendera Turki. [Instagram/@amifitrie3]Turki tidak hanya mengecam keras intervensi tersebut, tetapi juga menyebut tindakan Israel sebagai bentuk agresi yang membahayakan stabilitas laut internasional.
Dalam pernyataan resminya, Ankara menyebut langkah Tel Aviv itu sebagai sebuah “serangan keji” dan tuduhan lebih lanjut bahwa Israel bertindak seperti negara teror.
“Tindakan ini sekali lagi menunjukkan bahwa Israel bertindak sebagai negara teror yang mengabaikan hukum internasional dan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan,” tegas pernyataan itu.
Militer Israel Klaim Alihkan Kapal ke Pantai
Greta Thunberg. [X/LuliLiberal]Pemerintah Israel sendiri telah memberikan tanggapan atas insiden ini. Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim bahwa kapal tersebut telah dialihkan ke wilayah pesisir Israel dan para aktivis di dalamnya dipersilakan kembali ke negara asal masing-masing.
Meski begitu, Freedom Flotilla Coalition menyatakan bahwa kapal mereka dicegat secara paksa oleh militer Israel di perairan internasional sekitar pukul 03.02 CET atau 01.02 GMT.
Tidak ada laporan kekerasan sejauh ini, tetapi penahanan dan pemindahan kapal tetap menuai kecaman global, terutama dari negara-negara yang mendukung kemerdekaan Palestina.
Insiden ini kembali menyorot kondisi Gaza terkini, yang semakin terpuruk akibat blokade dan konflik bersenjata berkepanjangan.
Laporan PBB menyebutkan bahwa seluruh penduduk di Jalur Gaza berisiko mengalami kelaparan ekstrem.
“Gaza saat ini adalah tempat paling dilanda kelaparan di Bumi,” demikian laporan resmi badan kemanusiaan PBB awal Juni 2025.