Agam Rinjani: Terbang Langsung dari Jakarta untuk Ikut Evakuasi Juliana Marins
Lifestyle

Tragedi yang menewaskan Juliana Marins di Gunung Rinjani belum selesai jadi pemberitaan. Agam Rinjani, salah satu pahlawan dalam proses evakuasi pendaki asal Brazil tersebut masih jadi sorotan.
Beberapa hari setelah evakuasi heroiknya, Agam akhirnya buka suara soal kronologi pencarian Juliana di Gunung Rinjani hingga dia berhasil ditemukan walau dalam keadaan tak bernyata.
Ternyata, Agam tidak sedang berada di Rinjani atau Lombok saat peristiwa nahas dialami Juliana. Pria asal Makassar itu tengah menghadiri sebuah acara di Jakarta kala itu.
Baca Juga: Penyelamatan Juliana di Rinjani Tuai Kritik Warganet Brasil: Proses Terlambat?
"Enggak, saya di Jakarta. Ketemu mas Tyo, Tyo survival, kebetulan mau lanjutkan kegiatannya yang bangun toilet smart di Rinjani. Bantuin di rumahnya," kata Agam dalam podcast YouTube YIM Official, Sabtu (28/6/2025).
"Pagi, kami buka instagram, lihat tuh, 'Wih ada yang jatuh.' Yang gambar drone, masih hidup. Santai lah kami. Masih lanjut potong-potong besi, apalah. Malam lagi, kok belum ada kabar?" lanjutnya.
Dari Jakarta Langsung ke Rinjani
Baca Juga: Kronologi Pendaki Brazil Juliana Marins Meninggal Dunia Usai Jatuh di Gunung Rinjani
Agam Rinjani. (Instagram)
Menurut Agam, dia dan Tyo Survival memang sudah ada rencana ke Lombok pada 26 Juni. Namun karena mendapati informasi tentang jatuhnya Juliana Marins, yang tak kunjung ditemukan, keduanya sepakat untuk mencari penerbangan terdekat ke Lombok sebelum 26 Juni.
Selama menunggu jadwal penerbangan, Agam dan Tyo terus berkomunikasi dengan tim di lapangan untuk mengetahui situasi terbaru. Agam dan Tyo juga membuat berbagai skenario penyelamatan untuk nanti dipakai ketika sudah ada di Rinjani.
"Malamnya (hari ke-2 Juliana jatuh) kami beli tiket, tidak ada. Dapatnya penerbangan besok, jam 3.45. Kami menunggu, gas mobil ke Bandung dulu, baru ke Jakarta, baru ke sini (Lombok)," cerita Agam.
"Dengan kecepatan tinggi saya kejar pesawat. Masuk bandara, ketemu Mas Tyo, semua barang kutinggal di mobil. Saya cuma bawa baju di badan dan alat rescue. Langsung masuk pesawat, kembali ke Lombok," lanjutnya.
Tak ada waktu istirahat untuk Agam dan Tyo. Begitu mendarat di Lombok, keduanya langsung ke Gunung Rinjani dan melakukan pendakian.
Di Shelter Emergency, keduanya berkoordinasi dengan tim rescuer lain, berbagi informasi, data dan membuat rencana penyelamatan.
Bertaruh Nyawa saat Proses Evakuasi
Juliana Marins dan Agam Rinjani. (Instagram)
Setelah semalam di shelter emergency untuk menyusun rencana evakuasi, Agam dan kawan-kawan langsung mendaki untuk mengevakuasi Juliana Marins.
Menurut keterangan Agam, hanya empat orang tim rescue gabungan yang bisa turun ke lokasi jenazah Juliana Marins karena kondisi medan yang tidak memungkinkan.
"Rencana awal, korban ini mau diturunkan lewat danau saja karena terlalu jauh (untuk diangkat). Ternyata di lapangan berbeda. Masih lebih jauh lagi turun ke danau, masih 400-500 meter lagi. Akhirnya kami berdiskusi untuk bagaimana naik ke atas, ke titik anchor dulu," papar Agam.
Namun, rencana itu tak bisa langsung dilakukan karena cuaca yang sangat tidak bersahabat. Agam dan ketiga anggota lainnya harus bermalam di tebing curam, sambil menjaga jenazah Juliana Marins.
"Yang bikin sulit karena dingin sekali. Sleeping bag masuk cuma setengah karena alat semua (di badan)," tutur Agam.
"Berharapnya malam itu tidak hujan. Kalau hujan, kita semua mati di bawah. Jika hujan, akan ada longsor batu dari atas. Kedua, kita kena hipotermia," tambahnya.
Pada akhirnya, kegigihan Agam dan kawan-kawan untuk mengevakuasi tubuh Juliana Marins berhasil. Pendaki asal Brazil itu sudah berhasil dipulangkan ke tanah kelahirannya.
"Saya sudah 9 tahun di Rinjani. Berbagai kejadian, insiden saya tangani, evakuasi mayat sudah berapa. Ini kejadian paling sulit diantara puluhan kasus evakuasi di Rinjani," pungkasnya.